Argo Parahyangan Priority : Saat KAI Mencoba Layanan Premium

Argo Parahyangan Priority : Saat KAI Mencoba Layanan Premium

Sabtu, tanggal 12 Januari 2019 lalu, saya mengunjungi Kota Bandung untuk mengunjungi dan berlibur bersama teman-teman. Kebetulan, rencana untuk berangkat pada hari ini sudah direncanakan sejak sebulan lalu dan pada saat itu pula saya pun segera memesan tiket kereta api untuk perjalanan tersebut. Karena kebetulan pada saat itu terdapat opsi Argo Parahyangan Prioritas, saya berpikir untuk mencicipi Kereta Aryo Parahyangan Prioritas walau pada akhirnya berangkat agak terpisah dengan teman yang lain.

Dengan kapasitas 28 orang dalam satu gerbong,  agak susah untuk mendapatkan tiket kereta satu ini walau harganya sekitar dua kali lipat kelas eksekutif. Untuk mendapatkan tiket perjalanan kali ini, setidaknya harus memesan dari jauh-jauh hari. Untungnya, karena saya memesan sejak sebulan sebelumnya maka masih kebagian berangkat cukup pagi yaitu jam 10.30 walau jadwal yang lebih pagi yaitu 05.15 dan 08.00 saat itu sudah kehabisan.

IMG_20190112_100938.jpg
Gerbong Argo Parahyangan Prioritas, terletak paling depan. Difoto sebelum rangkaian lokomotif masuk.

Gerbong Kelas Prioritas terletak di rangkaian gerbong paling depan, lumayan jauh dari jalur masuk peron. Biasanya sebelum masuk juga harus menunggu agak lebih lama daripada kelas yang lain, karena ada beberapa hal yang perlu disiapkan terlebih dahulu. Kapasitas gerbong yang lebih terbatas menyebabkan desain dan layout kursi dibuat agak lebih luas dibandingkan dengan gerbong lainnya. Untuk menambah kesan kelas satu, layout gerbong dibuat bergaya mewah.

Fasilitas yang diberikan sebenarnya lumayan harusnya. Setiap kursi memiliki layar in-train entertainment berupa film dan musiknya, namun pada saat saya mencoba tidak ada pilihan apa2 di pilihan film dan musiknya. Walau demikian, terdapat layar TV yang cukup besar di paling depan untuk hiburan yang (seharusnya) bisa didengar suaranya dengan headset.

Di bagian depan gerbong terdapat mini bar, yang di mana penumpang kelas prioritas dapat menikmati sajian kopi, teh, bandrek, dan cemilan secara free flow. Selain konsumsi di atas, setiap penumpang juga mendapat air mineral dan snack di dalam kotak. Snacknya pun not bad, serasa snack naik pesawat.

Selain itu juga, bagian yang paling terasa wah dari gerbong ini adalah toiletnya. Berada di bagian paling depan gerbong, tampilan toilet gerbong kelas prioritas benar2 wah sekali dengan wastafel dan toilet yang seperti standar hotel. Namun, nampaknya menjelang akhir perjalanan sepertinya saya dengar toiletnya bermasalah sehingga sempat tak bisa digunakan.

Overall, Argo Parahyangan Prioritas benar2 mencoba untuk menampilkan layanan kelas satu yang bisa diberikan. Fasilitas yang diberikan sebenarnya oke, namun masih banyak kendala2 yang harus diperbaiki. Agak sayang rasanya menikmati fasilitas yang bagus untuk perjalanan sekitar tiga jam, mungkin lain kali jika ada kesempatan ingin mencoba naik kelas prioritas ke kota yang lebih jauh walau nampaknya harganya hanya bersaing tipis dengan naik pesawat.

Resensi Film : Inside Job

insidejob2010poster

“The film that cost over $20,000,000,000,000 to make”

Jargon tersebut mungkin terkesan luar biasa atau malah berlebihan. Bagi yang membacanya mungkin akan bingung memikirkan film seperti apakah yang menghabiskan biaya sebanyak itu. Apakah film ini menceritakan tentang peperangan luar angkasa yang mengharuskan para pemeran dan kru filmnya benar-benar pergi ke luar angkasa? Atau film tentang serangan monster yang benar-benar meluluh lantahkan kota besar sehingga perlu biaya besar untuk membangun kota itu sendiri? Atau bahkan anda sendiri bingung membayangkan sebanyak apa uang dengan jumlah tersebut? Rupanya uang sebesar itu bukanlah ongkos yang benar-benar dikeluarkan oleh sang pembuat film, tetapi apa yang menjadi kisah dalam film ini benar-benar mengeluarkan biaya demikian. Apakah yang terjadi dengan kisah tersebut sehingga harus mengeluarkan biaya yang jumlahnya mungkin lebih besar dari perekonomian beberapa negara?

Film dokumenter keluaran tahun 2010 berjudul Inside Job yang merupakan garapan sutradara Charles Ferguson ini menceritakan tentang krisis keuangan global yang terjadi pada akhir dekade 2000-an. Film ini menceritakan tentang alasan yang melandasi kejatuhan sektor keuangan di Amerika Serikat sejak beberapa dekade sebelumnya yang pada akhirnya berujung pada krisis keuangan yang bisa dikatakan parah tersebut. Film ini sendiri banyak menuai pujian dan bahkan memenangkan Academy Award sebagai film dokumenter terbaik pada tahun 2011. Selain itu juga film ini banyak menjadi referensi oleh orang-orang yang tertarik mempelajari Ekonomi Moneter atau sekadar ingin mengetahui apa yang terjadi pada krisis keuangan global tersebut.

Lanjutkan membaca “Resensi Film : Inside Job”

Gotta collect ’em all!

Gotta collect ’em all!

Pokemon GO rilis! Saatnya berburu Pokemon!

Berita seperti ini bermunculan di linimasa berbagai media sosial sejak hari peluncuran versi Beta Pokemon Go yang kebetulan rilis pada saat hari Lebaran. Walau peluncuran game tersebut kemarin sebenarnya baru dilaksanakan di beberapa negara, banyak teman saya yang sudah memainkannya selama seminggu belakangan ini melalui jalur yang bisa dibilang tidak resmi. Bahkan banyak dari mereka yang sebelumnya tidak pernah memainkan gamenya atau malah tidak tahu tentang Pokemon ikut memainkannya. Akibat hype tersebut, Nintendo sebagai perusahaan yang mengembangkan brand Pokemon sahamnya naik sampai hampir 100% hanya dalam seminggu setelah game tersebut rilis. Selain itu juga Pokemon Go juga mencetak rekor di Amerika Serikat sebagai mobile game dengan pengguna terbesar sepanjang sejarah.

Kesuksesan Pokemon Go dirasakan begitu cepat dampaknya, namun pada faktanya dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk membangun brand kuat Pokemon hingga menjadi seperti sekarang. Game Pokemon itu sendiri pertama kali dirilis pada 20 tahun yang lalu di Jepang dan dua tahun setelahnya menyebar ke seluruh penjuru dunia.  Game tersebut menjadi sangat populer, walau pada saat itu Game Boy yang merupakan konsol untuk memainkannya telah berada di ujung masa kejayaannya. Bertahun-tahun setelahnya game-game Pokemon selanjutnya terus dirilis dengan berbagai Pokemon baru dan tetap mempertahankan popularitasnya.

Pertanyaannya, mengapa game Pokemon menjadi sangat Populer?

Lanjutkan membaca “Gotta collect ’em all!”

Resensi Buku : The Economic Naturalist

cx549

  • Judul Buku : The Economic Naturalist : Why Economics Explains Almost Everything
  • Pengarang : Robert H. Frank
  • Penerbit : Virgin Books Ltd.
  • Jumlah Halaman : 242 halaman + 14 halaman pembuka
  • Tahun Terbit : 2007

 

 

 

 

Mengapa kulkas jika pintunya dibuka maka lampunya akan menyala tetapi di freezer tidak? Mengapa toko 24 jam tetap harus memiliki kunci di pintunya? Mengapa banyak restoran yang menyediakan minuman refill gratis? Pertanyaan-pertanyaan tersebut nampakya terdengan tidak penting namun sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi semacam misteri tersendiri mengapa hal-hal tersebut bisa terjadi di kehidupan sehari-hari. Lanjutkan membaca “Resensi Buku : The Economic Naturalist”

The House of The Rising Sum

Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat Idulfitri 1437 H bagi semua yang merayakan. Semoga apa yang telah dijalani sebulan terakhir mampu bermakna sepanjang hidup dan semoga segala kata maaf tidak hanya berakhir sebagai formalitas belaka.

Ide untuk menulis tulisan ini sebenarnya telah muncul sejak sehari setelah tulisan pertama rampung. Namun dengan kesibukan yang ada selama Lebaran ditambah lagi dengan kondisi rumah saya yang saat ini sedang bersiap-siap untuk pindahan sehingga segalanya nampak berantakan. Belum lagi dengan koneksi internet yang sempat bermasalah sehingga nampaknya punya banyak alasan untuk saya menunda tulisan ini.


Berbicara soal rumah, tiba-tiba saya menjadi teringat diskusi dengan teman-teman yang seumuran saya. Saat membicarakan rencana masa depan dalam beberapa tahun mendatang, banyak teman saya yang paling bingung jika ditanya masalah yang satu ini. Untuk yang merasa akan mendapatkan warisan atau telah disiapkan oleh orangtuanya, mungkin hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Namun untuk yang lainnya, bagaimana cara untuk memperoleh rumah menjadi pertanyaan yang bisa dikatakan paling membingungkan.

Bagaimana tidak? Setiap tahun harga-harga rumah naik secara signifikan. Menurut statistik Bank Indonesia, sejak tahun 2009 saja Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Indonesia telah naik 50% dengan rata-rata kenaikan tahunan sekitar 5-6%. Sejak tahun 2002, IHPR kota-kota besar di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar mencetak kenaikan hingga dua kali lipat. Untuk properti dengan tipe mewah di kota besar, kenaikan harganya bisa lebih parah lagi. Pusat Data Kontan menemukan bahwa harga hunian apartemen premium di Jakarta sejak tahun 2007 hingga 2014 saja telah naik sebanyak empat kali lipat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk khususnya di daerah perkotaan, nampaknya kenaikan harga-harga tersebut akan terus berlanjut setiap tahun. Lanjutkan membaca “The House of The Rising Sum”

Tulisan Pertama, Lagi?

Tulisan Pertama, Lagi?

Hello World!

Ah iya, nampaknya sudah lama sekali tidak menyentuh akun WordPress yang sudah ada sejak satu dekade terakhir ini. Pada saat pertama kali saya membuat akun WordPress dulu, blogging dan forum internet masih merupakan tren yang sedang ramai di kalangan netizen. Namun nampaknya semua berubah semenjak microblogging seperti Plurk dan Twitter, lalu kemudian disusul dengan media sosial sejenis Instagram dan Path menyerbu. Bertahun-tahun setelahnya, saya masih banyak berhubungan dengan orang-orang yang saya kenal baik di blog maupun di forum. Hanya saja sekarang sudah melalui media yang berbeda, melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Linkedin. Banyak yang sudah cukup sibuk untuk menulis, apalagi di era sekarang yang segala uneg-uneg bisa langsung dikeluarkan melalui update status di jejaring sosial. Tidak perlu repot-repot membuat tulisan panjang di blog hingga ribuan kata.

Lanjutkan membaca “Tulisan Pertama, Lagi?”